Seminar penelitian   dan kajian kinerja asn di lingkungan pemerintah kabupaten jayapura

 

Permasalahan yang penting dalam kinerja ASN di kabupaten Jayapura adalah :

1.      Pegawai sering nongkrong di kantin

2.      Pegawai sering tidak masuk kantor dan nongkrong dibawah pohon

3.      Pegawai masuk kantor dalam ruangan tetapi main Handpon, Game

Dari survey yang dilakukan tim PSKMPD Uncen ada pegawai yang benar-benar kerja namun ada pula yang malas-malasan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah

1.      Pengaruh pimpinan / atasan

Kepedulian atasan untuk melihat kondisi kerja dari stafnya itu seperti apa.

2.      Kondisi dan situasi

Kalau pemimpin melakukan pendekatan secara persuasif, melakukan pengawasan atau kontrol. Bisa juga tergantung dari mud pegawai (contohnya ; saya sudah kerja jadi cari angin, saya belum makan jadi saya ke kantin dulu). Pegawai bisa tergantung dari sikologisnya, kemudian tidak ada pekerjaan. Tetapi kalau menurut peneliti bahwa ada pekerjaan namun distribusi, kepercayaan dan kesempatan masih kurang. Sikap juga memperlihatkan karakter seseorang, berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan, kalau rutinitasnya sehari-hari untuk hadir saja ini juga akan membentuk pola sikap seseorang.

3.      Pola penilaian kinerja ASN baru berdasarkan absen belum berdasarkan ukuran yang dipakai pada pemerintahan yang dinilai Output, outcome, Impas, dan outcomenya. Dan kami menilai yang dinilai saat ini masih sebatas formalitas saja.

4.      Kemudian motivasi kehadiran berdasarkan absensi dan insentif, hasil riset sebelumnya insentif berupa tunjangan lauk pauk, kalau saya tidak dilibatkan pada kegiatan – kegiatan kepanitiaan dan lain sebagainya, maka lebih baik saya tinggal dirumah saja. Tetapi untuk saat ini Tunjangan Perbaikan Bersyarat (TPB) setiap kali saya apel pasti ada uangnya dan setiap kali sidik jari pasti ada uangnya. Ini tergantung dari pribadi tapi dari survey yang kami lakukan motivasi ASN secara individual atau secara personil masih banyak yang kami temui motivasinya ke insentif yang didapatkan, kemudian tidak ada uraian jabatan yang jelas. Kami masukan ini sebagai salah satu indikator permasalahan karena ini sangat penting sekali karena ada job analyse otomatis akan berkaitan dengan uraian jabatan yang jelas dan mempengaruhi beban kerja, kemudian ini juga akan berkaitan dengan desain SOP yang ada disetiap perangkat daerah sampai dibagian-bagian unit kerja dari perangkat daerah

5.      Kinerja tidak dinilai berdasarkan sistem kinerja berbasis proses, kemudian output, outcome, benefit dan impasnya. Jadi ini hanya sebatas ini masih sebatas input dan juga benefit (anggaran), tetapi kemudian kita bicara dari proses sampai manfaatnya ini belum karena kita masih menggunakan indikator disiplin itu sebagai penilaian kinerja dalam riset ini, kemudian kebiasaan yang telah menjadi budaya kerja yaitu sikap, berpikir, kemudian bertindak sehari-hari. Ini juga harus bisa dirubah kebiasaan yang sudah menjadi budaya. Dan ini yang kemudian kami dapatkan didalam satu perangkat daerah bahwa absen itu sebagai indikator penilaian kinerja untuk mengubah budaya malas menjadi budaya disiplin. Setelah itu baru kita bisa pindah ke formula yang lain karena kalau masih berada pada budaya malas ini, peraturan bupati nomor 22 tahun 2018, sehingga ini di anggap memotivasi, membuat orang berpikir kalau saya tidak datang nanti saya tidak dapat uang. Jadi ini kemudian menjadi salah satu persoalan, kemudian belum adanya sistem informasi terukur berbasis aplikasi, bagaimana kemudian pegawai itu bisa memanfaatkan teknologi secara baik, benar dan cerdas, ini juga tergantung dari sistem kinerja ASN. Aplikasi yang dimanfaatkan untuk menunjang performance kerja, untuk di Papua saya rasa belum diterapkan tapi daerah-daerah diluar Papua seperti Surabaya dan Jakarta sudah diterapkan.  

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.